Senin, 13 Agustus 2018

Local Food


Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga kering dan berwarna hitam pekat. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Rendang dapat dijumpai di Rumah Makan Padang di seluruh dunia. Masakan ini populer di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti MalaysiaSingapuraBruneiFilipina, dan Thailand. Di daerah asalnya, Minangkabau, rendang disajikan di berbagai upacara adat dan perhelatan istimewa. Meskipun rendang merupakan masakan tradisional Minangkabau, masing-masing daerah di Minangkabau memiliki teknik memasak serta pilihan dan penggunaan bumbu yang berbeda.
Pada tahun 2011, rendang dinobatkan sebagai hidangan yang menduduki peringkat pertama daftar World's 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) versi CNN International.
Rendang juga dimanfaat sebagai bantuan pangan bagi korban bencana alam karena tahan lama dan kandungan gizinya, seperti pada gempa bumi Lombok 2018.

Kandungan bahan dan cara memasak

Rendang adalah masakan yang mengandung bumbu rempah yang kaya. Selain bahan dasar daging, rendang menggunakan santan kelapa (karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas yang dihaluskan di antaranya cabai (lado), serai, lengkuas, kunyit, jahe, bawang putih, bawang merah dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai pemasak. Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Tidak mengherankan jika rendang dapat disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Proses memasak rendang asli dapat menghabiskan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam), karena itulah memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran. Potongan daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang harus sabar dan telaten ditunggui, senantiasa dengan hati-hati dibolak-balik agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni kuliner modern dengan istilah 'karamelisasi'. Karena menggunakan banyak jenis bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.

Makna budaya
Rendang adalah salah satu hidangan hantaran dalam upacara adat Minang.
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang, yaitu:
1.    Dagiang (daging sapi), merupakan lambang dari "Niniak Mamak" (para pemimpin Suku adat)
2.    Karambia (kelapa), merupakan lambang "Cadiak Pandai" (kaum Intelektual)
3.    Lado (cabai), merupakan lambang "Alim Ulama" yang pedas, tegas untuk mengajarkan syariat agama
4.    Pemasak (bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap seremoni adat, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di RiauJambiMedan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitananulang tahunpernikahanbarzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.

 
Sate-Sate, atau sate dalam bahasa Indonesia, adalah sepiring daging musiman, skewered dan panggang, disajikan dengan saus.  Ini adalah sepiring Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Bunga dapat terdiri dari daging potong potong, kambing, kambing, daging sapi, babi, ikan, daging, atau tahu; Versi yang lebih otentik menggunakan tusuk sate dari pelepah daun kelapa sawit, meski tusuk sate bambu sering digunakan. Ini dipanggang atau dipanggang di atas api kayu atau arang, lalu disajikan dengan berbagai bumbu pedas. Sate bisa disajikan dalam berbagai saus, namun paling sering mereka disajikan dalam kombinasi saus kedelai dan kacang. Makanya, saus kacang kerang ini sering disebut sate.
Sate berasal dari pulau Jawa di Indonesia. Ini tersedia hampir di manapun di Indonesia, dimana telah menjadi hidangan nasional. Hal ini juga populer di banyak negara Asia Tenggara lainnya. Di Sri Lanka, makanan ini menjadi makanan pokok karena pengaruh masyarakat Melayu setempat.
Sate adalah kelezatan yang sangat populer di Indonesia; Kesenian kuliner ala etnik di negara ini (lihat masakan Indonesia) telah menghasilkan beragam jenis sate. Di Indonesia, sate adalah makanan jalanan yang populer, bisa didapat dari penjual sate keliling, dari restoran tenda sisi jalan, di restoran kelas atas, atau saat perayaan tradisional.
Analis tertutup adalah yakitori dari Jepang, Kǎoròu chuàn dari China, shish kebab dari Turki dan Timur Tengah, shashlik dari Kaukasus dan sosatie dari Afrika Selatan. Ini tercantum di nomor 14 di daftar 50 pembaca makanan lezat paling lezat di dunia yang dikumpulkan oleh CNN Go di tahun 2011
Dulu, ada cerita bahwa sate berasal dari China, dengan nama berasal dari kata-kata Min Selatan yang berarti "tiga potong daging".Namun, ilmuwan kontemporer mengatakan bahwa kata bahasa Inggris "sate" berasal dari Bahasa Indonesia: sate, dan bahasa Melayu: saté atau satai, keduanya mungkin berasal dari Tamil, dan sate itu dikembangkan oleh pedagang kaki lima Jawa sebagai adaptasi unik dari kebab India. Pengenalan sate, dan hidangan ikonik lainnya seperti tongseng dan gulai kambing berdasarkan daging seperti kambing dan domba, bertepatan dengan masuknya pedagang dan imigran India dan Arab yang dimulai pada abad ke-18.
Dari Jawa, sate menyebar melalui Kepulauan Melayu dan, sebagai konsekuensinya, banyak variasi hidangan telah dikembangkan dan ada. Menjelang akhir abad 19, sate telah melintasi Selat Malaka ke negara tetangga Malaysia, Singapura dan Thailand. Pada abad ke-19, istilah tersebut bermigrasi, mungkin dengan imigran Melayu dari Hindia Belanda, ke Afrika Selatan, di mana ia dikenal sebagai sosatie. Orang Belanda juga membawa hidangan ini dan juga masakan khas Indonesia lainnya ke Belanda, sehingga mempengaruhi masakan Belanda sampai sekarang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daily Activity OJT Gammara Hotel Makassar

Assalamualaikum wr wb       Saya tidak cukup 6 bulan training, saya training 5 bulan lebih. sebenarnya saya ingin mengahbiskan masa saya...